Bersama Kita Bisa... Kita Bisa Karena Kita Ada... Kita Ada Karena Kita Juara...

Bersama Kita Bisa... Kita Bisa Karena Kita Ada... Kita Ada Karena Kita Juara...

Rabu, 16 Juni 2010

SUNGGUH-SUNGGUH

Rabu, 16 Juni 2010
Oleh: Deddy Sussantho

Apa itu sungguh-sungguh? Pertanyaan itu dilontarkan Haikal Hassan, trainer sekaligus dosen, saat mengisi training motivation di LDK UIN beberapa waktu lalu.

Pelbagai jawaban disuguhkan peserta: serius, tidak kenal lelah, semangat, dan lain sebagainya. Namun semua jawaban tidak ada satu pun yang benar. Menurut Sang Motivator, sungguh-sungguh adalah usaha kita melampaui batas kemampuan.


Setiap dari kita tentu memiliki impian, tujuan, atau pun cita-cita. Hal itu tidak akan terwujud manakala tidak ada kesungguhan untuk mewujudkannya. Secara teoritis memang demikian, namun secara praktis tidak sedikit orang yang jatuh dan menyerah dalam perjuangannya mewujudkan impian.

Contoh sederhana, kita mau lulus ujian. Azzam untuk lulus begitu kokoh terpancang. Tapi kenyataannya, kita baru mulai belajar satu malam sebelum ujian dan itu pun berhenti karena sudah ketiduran. Lantas di mana kesungguhannya?

Perlulah kita belajar dari orang-orang sukses terdahulu. Di mana keberhasilan yang mereka dapatkan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kesuksesan mereka dapatkan tidak lain karena mereka sungguh-sungguh.

Rosulullah SAW, begitu sungguh-sungguh bermunajat pada Allah SWT hingga diriwayatkan kakinya sampai bengkak-bengkak. Nabi Nuh, bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah SWT membuat perahu. Perahu tersebut dibuat di atas gunung yang tinggi, sehingga mengharuskan Nabi Nuh naik-turun gunung. Nabi Ibrahim bersungguh-sungguh menghancurkan berhala, hingga dibakar dengan api. Nabi Adam dalam sebuah riwayat baru bertemu kembali dengan Hawa setelah mencari selama ratusan tahun. Siti Hajar baru mendapatkan air setelah bolak-balik dari Safa hingga Marwa sebanyak tujuh kali. Abu Bakar menahan sakit atas gigitan ular kala bersembunyi dengan Rosulullah dari kejaran orang kafir saat hijrah. Tidaklah Abu Bakar demikian kecuali karena bersungguh-sungguh.

Juga cobalah tengok kisah Thomas Alfa Edison dalam perjuangannya membuat lampu. Sebanyak 999 kali ia gagal, namun setelah itu ia berhasil. Bayangkan apabila ia berputus asa dan berhenti pada hitungan yang ke-999, bisa jadi lampu tidak ada dan dunia kita gelap gempita.

Betapa sejarah hanya dipenuhi orang-orang yang bersungguh-sungguh. Maka ada benarnya pepatah Arab yang mengatakan ”Man Jadda Wa Jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan yang ia mau. Sementara dalam al-Qur’an pun, tercatat sifat-sifat kesungguhan yang dimiliki Allah SWT dan makhluk-makhluk-Nya. Allah SWT memiliki sifat sungguh-sungguh (QS. 21:16), malaikat juga bersungguh-sungguh (QS. 7:206), orang kafir bersungguh-sungguh (QS. 2:217), bahkan setan pun bersifat sungguh-sungguh (QS. 43:37).

Lalu bagaimana dengan kita? Akankah hidup kita nantinya turut menggores arah peradaban, atau hanya lekang dimakan zaman. Semua tergantung dari kesungguhan kita.

[Limo, 22 Mei 2010]

0 komentar:

Posting Komentar