Bersama Kita Bisa... Kita Bisa Karena Kita Ada... Kita Ada Karena Kita Juara...

Bersama Kita Bisa... Kita Bisa Karena Kita Ada... Kita Ada Karena Kita Juara...

Rabu, 16 Juni 2010

TIGA ASPEK PEPERANGAN

Rabu, 16 Juni 2010
Oleh: Deddy Sussantho

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
[QS. Al-Anfaal (8): 60]

***
Seorang Muslim adalah seorang pejuang. Kakinya berpijak pada kebenaran, sementara tangannya menebas kemungkaran. Hari-harinya adalah peperangan. Langkahnya penuh perjuangan. Menatap depan dengan penuh kesabaran. Melihat belakang dengan penuh keikhlasan.


Hari-hari seorang Muslim adalah peperangan. Namun perang yang dimaksud, dalam lingkup global, bukan semata saling tebas dengan pedang, bukan pula harus ada pertumpahan darah dan aniaya. Perang di sini berarti memperjuangkan kebenaran dengan sepenuh hati dan usaha yang pasti. Sementara kemungkaran sudah pasti jadi oposisi.


Dalam lingkup pemerintahan, politik adalah medan perang yang tak kunjung surut dalam persaingan. Di sana ada langkah-langkah untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan. Dalam dakwah, hal ini disebut dengan dakwah siyasi (siasat). Di mana berpolitik bukanlah menjadi ajang mencari kekuasaan demi kepentingan pragmatis, melainkan sebagai sarana dalam berdakwah dan memberi pengaruh dalam perubahan menuju kebaikan dan menghilangkan kemungkaran. Sebagai mana sabda Rosulullah SAW:

“Barangsiapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.”
[HR. Muslim]

Dalam hadits ini, tangan yang dimaksud bukanlah tangan secara harfiyah, melainkan kekuasaan. Lantaran kekuasaan adalah potensi paling efektif untuk melakukan perubahan.

Maka dari itu, untuk menuju jalan tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu ada pertimbangan dan langkah-langkah strategis. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam perang siyasi ini yang bisa diaplikasikan dalam personal maupun team.

1. MIND SET
Bisa dibilang tingkat keberhasilan 80% lebih ditentukan oleh mind set (pola pikir). Itu sebabnya mind set menjadi hal utama yang perlu dibangun secara matang sebelum memikirkan teknis atau strategi. Menurut data empiris, barang siapa yang mempertahankan pikiran positif dan optimis, maka perjuangan mencapai keberhasilan terasa lebih mudah. Pun begitu sebaliknya. Di lain sisi, Allah SWT senantiasa mengikuti prasangka hamba-Nya. Lantas, sikap pesimis tidaklah pantas dimiliki pejuang Muslim, bukan?

Bangunlah cita-cita lebih besar daripada kapasitas diri untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Cita-cita yang benar dan besar pastilah akan selalu hidup meski pun kematian telah menjemput. Sebagaimana cita-cita Imam Syahid Hasan al-Banna, Ir. Soekarno, dan orang-orang besar dalam sejarah dunia ini yang tak lekang dimakan jaman. Cita-cita mereka masih tetap hidup dan dilanjutkan oleh generasi-generasi setelah mereka.

Hasil akhir begitu erat kaitannya dengan pola pikir di awal. Lihatlah seorang sales, yang ia pikirkan bukan apakah barang dagangannya laku atau tidak, tapi yang di dalam otaknya berisi sugesti positif: pasti laku! Hal ini selaras dengan pribahasa barat yang menyatakan, “you can if you think can!”

Kemenangan adalah anugrah. Tidak ada yang tahu apa yang tertulis dalam lauh mahfuz terkait dengan takdir yang menanti di masa depan. Bisa jadi di dalam lauh mahfuz tertulis “berhasil”, tapi apabila tidak ada usaha realistis, maka hasilnya nihil. Jika tertulis “tidak berhasil”, sementara ada usaha, maka tetap saja hasilnya tidak berhasil. Hikmahnya adalah serahkan segala hasil kepada Allah SWT. Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk para hamba-Nya. Intinya, ikhtiar merupakan salah satu cara mengetuk rahmat-Nya agar terbuka dan menghampiri orang yang senantiasa meminta.

Tugas pejuang adalah ikhtiar maksimal. Tak perlu risau pada hasil yang belum terbentang. Tak usah gundah pada rintang yang kian menghadang. Karena ikhtiar itu tidak tergantung pada lingkungan. Artinya, bagaimana pun kondisi lingkungan atau lawan, bukanlah menjadi alasan ikhtiar berantakan.

Tak terpungkiri, dalam politik terdapat perang mind set. Yang mana mind set lemah akan termakan oleh mind set yang kuat. Contoh konretnya adalah iklan. Ketika menonton iklan, sebenarnya terjadi pertempuran mind set antara penonton dengan iklan. Jika penonton terpengaruh dan melakukan apa yang diiklankan, maka artinya penonton telah termakan oleh mind set yang dibangun oleh iklan. Sebaliknya, manakala penonton tidak terpengaruh, mind set penontonlah yang menang. Inilah faktor mendasar mengenai kalah dan menang, yaitu mind set. Dengan mind set, kita bisa kalah sebelum bertanding. Pun dengan mind set, kita dapat menang sebelum bertanding.

Perlu diingat, dalam menyusun mind set dakwah siyasi, pelaksanaannya haruslah fokus kepada amal jama’i. Kemenangan peperangan tidak terjadi atas usaha individu saja, tetapi karena kerja bersama. Tidak ada superman, yang ada hanya super team! Seperti analogi sapu lidi, akan lebih kuat dan efektif membersihkan manakala setiap batang lidi bersatu padu.


2. STRATEGI
Ketika mind set positif telah dibangun, maka selanjutnya menentukan strategi yang matang. Untuk itu dalam berjuang harus fokus pada peluang, bukan pada masalah. Ini kaitannya dengan analisis SWAT. Masalah pasti ada, namun ketika proses sedang berlangsung tidaklah perlu dipermasalahkan terlalu besar tanpa memikirkan jalan keluar (solusi).

Masalah tidak perlu dibahas dalam peperangan. Karena akan menghabiskan waktu dan tenaga. Biarkan eksekusi berjalan dengan baik terlebih dahulu. Tentang kekurangan, biarkan diungkapkan pada waktunya, yaitu saat evaluasi.

Tak terpungkiri, ada kalanya masalah muncul dari pihak luar. Di mana rival tak hentinya melancarkan serangan-serangan (propaganda). Saat seperti itu jelaslah yang diserang sibuk klarifikasi, sementara yang menyerang sibuk memperkuat energi. Dan benarlah pepatah yang mengatakan, “pertahanan yang terbaik adalah menyerang”. 

Pihak penyerang lebih memegang arah kemenangan dari pada yang diserang. Maka dari itu ketika mendapat serangan, hendaknya jangan selalu berdiam dan menahan. Ada kalanya perlu ada serangan balasan.
Sekali lagi, jangan biarkan masalah menjadi fokus utama. Yang perlu diperhatikan dalam strategi adalah bagaimana direct selling untuk meningkatkan daya saing. Salah satunya adalah dengan menjadi unik. Artinya menjadi berbeda dengan maksud menarik perhatian masyarakat. Namun tentu saja haruslah tetap memperhatikan aspek-aspek benar dan baik. Di sisi lain, biasanya, suatu dagangan laku karena dua hal: low price (murah) atau diferenciall (memiliki nilai beda).

Strategi yang matang merupakan harga mati sebuah kemenangan dalam dakwah ini. Strategi tidaklah dibangun di atas mimpi kosong, harapan yang rapuh, dan retorika palsu. Strategi ini hanya dapat dibangun dan dilakukan oleh pribadi-pribadi tangguh. Di mana setiap nafasnya ada militansi yang terpatri.

Militan bukanlah yang takbirnya paling keras, bukan pula yang gagah di hadapan sejawat, bukan juga yang paling semangat karena pujian. Militan merupakan sikap yang dapat membuat segala hal menjadi peluang yang besar. Parameternya bisa dilihat dari pengorbanan besar dan manuver yang tinggi.



3. NON-TEKNIS
Setelah mind set dan strategi yang matang terbentuk, ada kalanya faktor non-teknis membuat segalanya menjadi hancur. Seperti tidak dapat menerima kekalahan atau menghalalkan segala cara demi mencapai kemenangan. Kala itu bisa saja terjadi perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan. Maka dari itu non-teknis menjadi aspek yang tak luput dari perhatian.

Intinya, apa pun kondisi hasilnya nanti, haruslah dapat diterima dengan cara yang elegan. Berkelas. Kalah atau menang harus dilalui dengan cara yang terhormat.

***
Secara garis besar, memang ketiga aspek ini dibahas dalam aspek dakwah siyasi dan ruang lingkup politik. Namun tidaklah menutup kemungkinan sekiranya dikaitkan juga dengan aspek lainnya.

Adaptasi dari tausyiah Ust.Irfan pada mabit konsolidasi di Masjid al-Istiqomah tanggal 24 April 2010

[Limo, 28 April 2010]

0 komentar:

Posting Komentar